Wednesday, October 18, 2006

KEYAKINAN

Di depan altar itu, ku tahu kau tergetar
Tak menyangka, kita berhadapan
Di depan Tuhan dan jemaat
Sebagai saksi pernikahan kita

Delapan tahun merajut hari
Merenda janji sehidup semati
Di teguhkan Senin, 8 Juli 1996
Tak terasa sepuluh tahun telah berlalu

Kita masih saling memiliki
Diantara Bas dan Van, buah cinta kita
Walau ombak, badai dan gelombang menghantam
Getar rasa itu tak pernah pudar
Karena ku tahu, siapa jurumudi biduk rumah tanggaku

Icha koraag 1/10-2006

RINDU

Tetes hujan menyempurnakan rasaku
Senyumanmu pun tak pudar
Walau purnama tak nampak
rindu ini masih menggelora
ingatkan aku akan sinar di bola matamu
yang selalu memancarkan kehangatan
kadang sulit bagiku menahan kerinduan
yang datang mengoyak serpihan rasa
walau sudah ku tata apik
menantimu di dermaga itu
seperti janji yang kau ucapan.
Dan aku tinggal menunggu waktu
Saat kau genapi janji itu
Di sini, di dermaga cinta kita
Biduk hatiku tetap menantimu
Dalam kerinduan yang tak mengenal batas

Icha Koraag 18/10-2006

PUISI SEORANG KAWAN

Burung gereja masih bersenda gurau
Ditempat yang sama seperti kemarin
Terbang sebentar lalu hinggap di dahan
Menikmati indahnya alam

Aku tak tahu apakah engkau masih di surau
Melantunkan Quraan tuk ketenangan batin
Mengisi waktu diheningan
Kala purnama menerangi malam

Tanda biru di keningmu
Bukti pasrah sujudmu
Pada sang pemilikmu
Yang selalu kau sembah

Tak dapat kuukur Iman dan taqwamu
Tapi satu yang kutahu
Ada satu tempat di sisiNya
Menunggu untuk kau isi


Icha koraag 18/10-2006

LELAH

Tiba sudah aku di akhir penantian
bukan pasrah atau putus asa
kala jawabmu tak terdengar
itu ku anggap penolakan
Biar kupergi membawa kecewa ini
Seiring dengan turunnya malam
Yang menghapus jejak siang.
Seperti dirimu yang kupaksa tuk hilang dari hati
Tinggalkan pedih yang menggigit


Icha Koraag, 18/10-2006

Wednesday, October 11, 2006

MATA HATIKU

Mata hati

Sinarmu terpancar penuh kasih dan kelembutan
Menjadi penunjuk langkah yang harus kutempuh
Tapi kadang cahayamu tak dapat kulihat
Sehingga aku menyimpang ke jalan yang gelap

Kalau seruanMu menyentuh gendang telingaku
Tiba-tiba saja cahaya mata hati ini menerangiku
Dapat kulihat tubuh ini yang berbalut dosa
Hingga rasa malu mampu menebus ke ujung kalbu

Masihkah pintu ampunan terbuka untukku, ya Tuhan?
Kala mata hati telah buram oleh hawa nafsu.
Telaga bening dalam jiwa ini menjadi kering.
layu lalu menjadi debu dan terbang dibawa angin

Hingga ahirnya hati menjadi tawar, tak ada lagi rasa.
Ku coba bertahan dengan kekuatanku,
Tapi Tuhan, aku cuma manusia biasa
Masihkah ada waktu bagiku untuk bertobat?

Bisikan caranya padaku, ya Tuhan.
Agar kumampu menjaga mata hati ini
Agar sinarnya tetap menjadi
Penuntu ke jalanMu
(Icha Koraag 12/10-2006)