Thursday, October 03, 2013

Torehan Luka



Pikiranku melang-lang hilang di balik secangkir kopi
Kelam pekat tiada membayang hilang menepi
mengusir dusta yang coba kau ukir
padahal kehidupan yang kau lukis tak pernah berakhir
hanya warna pucat yang coba kau torehkan cat
saat bilur-bilur kejujuran telah menjadi cacat

nurani terpuruk hilang rasa berani
takut mencuat kian terkutuk
inikah negeri kaum tirani?
rakyat kian tertindas, moral makin terpuruk
dan korupsi merajalela bagai preman tak diawasi polisi
lalu  haruskah , keadilan dan pengharapan kita tangisi?



Kreo: 3 Oktober 2013
Menanggapi pemberitaan seputar Akil Muchtar
Ketua KPK yang tertanggap “basah”  dengan uang sekitar Rp. 3 Milyar

Friday, February 15, 2013

KIDUNG JIWA


 
 

Di bola matamu ada pendar cinta
di detak nadimu kudengar senandung,
kau lagukan namaku
menggetarkan jiwa merasuk sukma
kala kidung jiwa mengusap telinga hati
cinta terlalu pelik untuk di ungkapkan dengan kata

Biarkan hati yang bicara
dan jiwapun akan tertawa

Kreo 14-02-2013

SELENDANG BATIK BIRU



Kupasang di jenjang lehermu
Dengan keengganan yang amat kaku
Tak ingin kulepaskan genggaman tanganku
pada selendang batik biru

Andaikan aku selendang batik biru
Kan kurangkul erat sekeliling lehermu
Biar kudekat dengan nadimu
Menempel dalam jiwamu

Seperti cinta yang kubangun
Tak rela terpisah, tak rela terabaikan
Segelas anggur dimusim dingin
Membasah merah dibibir resah

Membuang rindu dalam tarikan nafas
Membayangmu adalah kehangatan
Selendang batik biru tetap melingkar dileher jenjangmu,
Hanya itu doa dan  harapku


Elisa Koraag: 30 Oktober 2012

CATATAN HATI


Band Noah mengiring suara Ariel, membuatku menggigil
Jarak dan waktu memisahkan
Demi keluarga dan masa depan,
rasa kita terabaikan

Wangi tubuhmu masih menempel di ujung hidungku
Hangat dekapmu masih terasa ditiap inchi kulitku
Walau dua tahun telah berlalu
Aku masih setia menunggu

Merajut hari dengan lantunan doa bagimu
Berharap yang terbaik selalu
Dua benua memisahkan kita atas nama cita dan cinta
Demi sebuah pengakuan inteletualitas

Akankah bahagia kita datang pasti?
Walau jiwa ini nyaris mati
Menahan rindu yang tak terobati
Yang tinggalkan  goresan di lembar catatan hati

Elisa Koraag/30 Oktober 2012

Tuesday, January 29, 2013

TAK INGIN KU MENGUTIP SAPARDI JOKO DAMONO



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvfsnnx6p6rzba6xrhq68tbKnS_nhR4UVuv8UEmo7fkRnvtK3M3qa3cqINNcozI27jaLaR2z6HWqpX-XX9ky2ONK97NLJVheu6_aAASBz6O_utcyq10iaHLbra8gCa2FJ3dhRZ/s1600/hotcocoa.jpg




Tapi aku ingin mengatakan sama seperti sajaknya.
Kuingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti roti dilapisi mentega, seperti cangkir dan tatakannya
Seperti ketika kita menikmati secangkir teh hangat

Semua wajar dan apa adanya,
Seperti merahnya semangka di kios buah-buahan
Senyummu  manis dan meneduhkan, genggaman tanganmu kuat dan menjanjikan
Tapi apakah semua sesederhana itu?

18 jam jarak tempuh Jakarta – New York
Teknologi komunikasi canggih menghalau semua keterbatasan
Aku bisa mendengar suara tawamu, gelengan kepalamu bahkan kedipan matamu
Tapi rinduku tak hanya sebatas itu.

Aku memang ingin mencintaimu dengan sederhana
Tapi rinduku tiada terbatas, antara ada dan tiada
Kerinduan itu mengkristal dan menyiksa setiap sel dalam tubuh ini
Membakar hangus semua ego dan kesombongan

Karena kesederhanaan  adalah
sebuah kemewahan tak ternilai bisa mencintaimu dengan sederhana
Kala kerinduan memutarbalikan logika.
 Kuingin mencintaimu dengan sederhana tanpa jarak Jakarta-New York.

Elisa Koraag/ Kamarku: 29 Oktober 2012
Termasuk salah satu dari 10 terbaik dalam audisi Puisi dengan tema Long Distance Relationship  di grup Goresan Pena Publishing (GPP)