Pijar matanya menghangatkan
menerobos kisi-kisi jendela jiwa
emosiku langsung surut
bagai api tersiram air
sisa aliran anak sungai dari matanya
serupa jejak ban mobil di pasir
membentuk garis tipis basah
di pipinya yang putih bening
anakku, buah cintaku
tak ada emosi bunda yang tersisa
manakala air mengalir dari indah bola matamu
mengusik dan menghentak nurani bunda
anakku, kekasih jiwaku
maafkan bunda yang emosi
tak ada setitik kebencian di hati ini
terpaksa marah karna bunda mencintaimu
ampuni bunda, sayang
Sakit hati bunda terpaksa memarahimu
Tapi sekali lagi bunda katakan
Karena bunda mencintaimu
Cantikku, buah hatiku
Tak semua yang kamu mau akan kamu dapati
Tak semua keinginanmu terpenuhi
Kecewamu hari ini, kan jadi kekuatanmu esok.
Suatu hari nanti, Kamu akan memahami
Apa yang bunda lakukan, demi kebaikanmu
Itu karena bunda mencintaimu.
20 April 2010
Icha Koraag
menerobos kisi-kisi jendela jiwa
emosiku langsung surut
bagai api tersiram air
sisa aliran anak sungai dari matanya
serupa jejak ban mobil di pasir
membentuk garis tipis basah
di pipinya yang putih bening
anakku, buah cintaku
tak ada emosi bunda yang tersisa
manakala air mengalir dari indah bola matamu
mengusik dan menghentak nurani bunda
anakku, kekasih jiwaku
maafkan bunda yang emosi
tak ada setitik kebencian di hati ini
terpaksa marah karna bunda mencintaimu
ampuni bunda, sayang
Sakit hati bunda terpaksa memarahimu
Tapi sekali lagi bunda katakan
Karena bunda mencintaimu
Cantikku, buah hatiku
Tak semua yang kamu mau akan kamu dapati
Tak semua keinginanmu terpenuhi
Kecewamu hari ini, kan jadi kekuatanmu esok.
Suatu hari nanti, Kamu akan memahami
Apa yang bunda lakukan, demi kebaikanmu
Itu karena bunda mencintaimu.
20 April 2010
Icha Koraag
No comments:
Post a Comment