|
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvfsnnx6p6rzba6xrhq68tbKnS_nhR4UVuv8UEmo7fkRnvtK3M3qa3cqINNcozI27jaLaR2z6HWqpX-XX9ky2ONK97NLJVheu6_aAASBz6O_utcyq10iaHLbra8gCa2FJ3dhRZ/s1600/hotcocoa.jpg |
Tapi aku ingin mengatakan sama seperti sajaknya.
Kuingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti roti dilapisi mentega, seperti cangkir dan
tatakannya
Seperti ketika kita menikmati secangkir teh hangat
Semua wajar dan apa adanya,
Seperti merahnya semangka di kios buah-buahan
Senyummu
manis dan meneduhkan, genggaman tanganmu kuat dan menjanjikan
Tapi apakah semua sesederhana itu?
18 jam jarak tempuh Jakarta – New York
Teknologi komunikasi canggih menghalau semua
keterbatasan
Aku bisa mendengar suara tawamu, gelengan kepalamu
bahkan kedipan matamu
Tapi rinduku tak hanya sebatas itu.
Aku memang ingin mencintaimu dengan sederhana
Tapi rinduku tiada terbatas, antara ada dan tiada
Kerinduan itu mengkristal dan menyiksa setiap sel
dalam tubuh ini
Membakar hangus semua ego dan kesombongan
Karena kesederhanaan adalah
sebuah kemewahan tak ternilai bisa mencintaimu
dengan sederhana
Kala kerinduan memutarbalikan logika.
Kuingin
mencintaimu dengan sederhana tanpa jarak Jakarta-New York.
Elisa Koraag/ Kamarku: 29 Oktober
2012
Termasuk salah satu dari 10 terbaik dalam audisi Puisi dengan tema Long Distance Relationship di grup Goresan Pena Publishing (GPP)