Gemuruh ombak buyarkan lamunanku
Teriakan camar kembalikan alam sadarku
Di pantai pemikiran ini kembali kuberdiri
Dalam perenungan tiada akhir
Mengapa manusia masih menghinakan sesama manusia?
Mengapa perempuan masih di nomor duakan atas nama agama?
Apakah karena para nabi lelaki?
Lalu kemana aku harus mencari jawab
Mengapa tak ada nabi perempuan.
Haruskah ku maknai kalau Tuhan itu laki-laki?
Terkutuklah hambamu ini, ya Tuhan!
Masih belum berakhir kekerasan atas nama agama
Dan itu membuatku semakin merasa sakit.
Karena manusia sebagai mahluk paling mulia yang kau ciptakan
Tak lebih daripada sesama tiran yang selalu saling membinasakan.
Damai, kasih, sayang, penghormatan
hanyalah deretan huruf yang membentuk kata tanpa makna
Inikah mahluk yang kau cintai ya Tuhan?
Atau salah aku memahami pendengaran dan penglihatanku?
Apakah anak-anak yang dilahirkan para perempuan
Hasil perbuatan para perempuan itu sendiri ?
Apakah masa depan, pendidikan dan pertumbuhan mereka
Hanya tanggung jawab para perempuan itu juga?
Apakah para lelaki, setelah membuang sperma dalam rahim perempuan
Punya kewajiban sebatas pencari nafkah lahir?
Apakah keberhasilan anak-anak yang di tetaskan atas nama cinta
Hanya ditentukan oleh para perempuan?
Tapak kakiku di pasir, terhapus sapuan ombak
Sama seperti buah pikirku yang tak berbekas
Pada hati manusia yang membantu
Padahal aku hanya mengingatkan
Laki-laki dan perempuan punya peran yang sama besar dalam mengasuh anak-anak.
Apalagi atas nama agama.
Icha yang terpekur dalam pemikiran
Dan perenungan sendiri.
29 Nov 2006
2 comments:
smoga kau tak marah bila puisi ini terpaksa kusimpan sbagai petanda adanya kamu
smoga kau tak marah bila puisi ini terpaksa kusimpan sbagai petanda adanya kamu
Post a Comment