SEPOTONG JANJI
Satu hal yang tak dapat kudustai
Aku masih mencintai dan merindukanmu sampai saat ini.
Malam itu kau katakan: Tak perlu berdebat untuk terlihat pandai.
Kini aku tak tahu harus berdebat dengan siapa?
Harus bertanya pada siapa?
Ketika kuterima kabar, kau telah meninggal,
Karena terjatuh dari lantai 5 apartement tempatmu bekerja.
Aku bukan hanya akan berdebat.
Aku ingin marah dan berteriak
Aku ingin menggugat pada seluruh dunia.
Mengapa Tuhan tega mengambil, belahan jiwaku?
Padahal kau hanya seorang perempuan, istriku.
Ibu dari dua anak kita.
Manusia biasa yang berusaha keluar dari kemiskinan
Andaikan gergaji mesin di perkebunan
Tak memutuskan pergelangan tanganku
Takkan kurelakan kau ke negri sebrang
Tak kurelakan harga diriku sebagai kepala keluarga
Mengizinkan kau meninggalkan aku dan anak-anak.
Tapi bening bola matamu, meyakinkanku
Tulus dan ikhlasnya niatmu runtuhkan egoku.
Jika anak-anak kita bisa sekolah tinggi,
Bukan hanya kita tapi juga desa kita
Bisa keluar dari kemiskinan akibat kebodohan.
Pemerintah hanya berbicara,
Tapi tak mampu melakukan apa-apa
kita yang harus lakukan sendiri.,Itu ucapanmu,
di malam kau terima kepastian keberangkatan.
Sesaat sebelum kau pergi ke bandara
sepotong janji kubisikan ditelingamu.
Aku akan menjaga dan memastikan anak-anak bersekolah tinggi
Setinggi cita-cita dan harapanmu agar kelak menjadi orang pintar,
Kini dalam rinduku padamu, aku berdoa
Tuhan, mampukan aku tepati janji
Yang kubisikan ditelingmu, waktu itu.
Kamis 5 Juli 2012
No comments:
Post a Comment