Percakapan rutin yang setiap hari kudengar:
Pletak….pletok…..pletak….pletok…
Nyesss…dan tubuhku diinjak si seksi.
Tok….tok….tok…..suara pintu diketok.
Terdengar suara berat “ Ada apa?”
Si sexi membuka pintu, melongok ke dalam ruangan
Lalu berkata sambil mesem…” Saya pak…..Cindy” Katanya.
Lalu suara berat itu terdengar lagi
“ Hmmmm….ada apa? Sembari mengangkat wajahnya
dari tumpukan map yang sedang dibaca.
“Bapak ada waktu terima tamu, jam berapa…?” tanya si seksi Cindy.
“ Mr x kan sudah janji 3 kali….! Kali ini Cindy sudah di dalam.
Brengsek…! Pintunya gak di tutup.
Mau gak mau pasti aku mendengar lagi.
“….Bapak sibuk terus yach…, Cindy kan kangen pak !
Suara si seksi terdengar seksi.
Suara berat itu terdengar sedikit ramah…
“…Masa…? Ayo sini…kunci pintu…!
Blam pintu di tendang Cindy dan terdengar Ceklik,
Tanda pintu di kunci.
Tapi kupingku sangat sensitive, walau tertutup aku masih bisa mendengar.
Suara cekikikan Cindy terdengar samar.
Aku yakin pasti apa yang sedang terjadi dalam kamar
dia lagi duduk dipangkuan si bos…! Bagai pengantin yang di lamar.
Hmmm…kangen yach…? Suara si bos terdengar seperti sedang menyedot sesuatu.
Aku tahu dengan pasti bukan hidung yang buntu
Suara-suara mesum itu makin terdengar sayup-sayup
sesekali terdengar suara Cindy
Mengaduh manja..”…Aaaah….uuuuhh….. aduh !”
Tiba-tiba kudengar dering telephone.
Sekali…dua ….tiga….empat
Dan…halo ?…. terdengar suara berat setengah kesal.
“…eh mama…! Suara itu tergagap seperti tersumpal.
“….maaf ma, lagi ngantar tamu kepintu, ada apa…?
Kali ini dengan nada yang terdengar dari balik bantal.
Aku bisa membayangkan si Cindy pasti sedang keki
Atau sedang beraksi
karena aku mendengar suara hentakan kaki
Tiba-tiba aku merasa risih.
Di pintu besar berwarna coklat
Terpampang tulisan …………Agung.
Yachh Mister……Agung yang terhormat.
Telah menjadi pejabat
Dan banyak di beri selamat
Berkali-kali aku mendengar si Mister…….Agung
mengatakan kepada sekretarisnya:
Ini dunia pekerjaan yang paling asyik.
Meja birokrasi sebenarnya tidak diperlukan
Begitu juga dengan aturan-aturan pemerintah
Karena semua bisa diselesaikan di meja ungu.
Meja ruang tamu si Mister…. Agung yang diberi taplak ungu
Oleh si seksi Cindy.
Taplak ungu itupun ada ceritanya.
Mulanya taplak itu berwarna putih dengan hiasan mawar merah
Eh si nyonya Mister…. Agung, ngamuk
Mengira si Mister Agung jatuh cinta karena ruangannya bernuansa ceria.
Padahal feelingnya benar karena si mister…Agung hoby sekali selingkuh.
Terakhir si seksi cindy sudah berjalan empat bulan empat hari
Tahapannya juga sudah jauh menyimpang.
Mulai dari pagi dengan alas an meeting
sampai BBS, Bobo bobo siang.
Si Mister…Agung setuju dengan riang
Saat taplaknya diganti berwarna dasar ungu
Terinspirasi celana dalamnya Cindy.
Sehingga setiap melihat warna ungu, si Mister….Agung
Bisa membayangkan ada apa di dalam celana Cindy..
Ada perselingkuhan
Lantaran ingin menunjukan keangkuhan
Padahal tidak lebih dari sekadar menutupi kerapuhan
Mengingat usia yang sudah semakin sepuh.
Putih warna rambut
Tak pernah menyadarkan dekatnya maut
Jika diingatkan, semakin membuatnya kalut.
Seakan tak perlu lagi rasa takut
Dalam dosa bergelut
Ada tangis mengiris membuat hati menepis
Akan rasa yang tipis, sadar akan perlunya terapis
Untuk mengembalikan ke jalan yang manis.
Dimana tidak ada lagi tangis
Namun ketika jabatan telah ditanggal
Bagi sebagian orang serasa dipenggal
Lantaran tak lagi punya hak untuk menjagal
Karena tiba-tiba….orang sekitarnya menjadi kebal.
Dan aturan-aturan dalam kitab yang tebal
Berubah makna, membuat si bapak menjadi bebal
Tak mampu mencerna apa artinya gagal.
Aku cuma selembar keset kaki
Tapi sempat mendengarkan ulah beberapa lelaki
Yang menganggap dunia bisnis dan politik bagai teka-teki
Kapan ke kanan dan kapan ke kiri
Hanya menunggu nurani hati
Sadar atau taubat saat tiba panggilan Illahi.
Agustus 2004
No comments:
Post a Comment