Wednesday, November 29, 2006

SEPOTONG RUANG DI HATIKU

SEPOTONG RUANG DI HATIKU
Icha Koraag


Tetes embun dikelopak mawar
Pertanda kesegaran dan keindahan
Sayang, merahmu tak lagi sama dengan merahku
Birumu bukan lagi biruku

Mentari yang terbit tak lagi sama seperti kemarin
Ia bersinar seperti mengejek dan mentertawakan
Karena luka hati yang mengoyak jiwa
Membuat kepingan hati sulit direkat

Tetes embun mulai menguap
karena matahari bersinar keras
tinggalkan bekas kilau daun
Seperti jejakmu pada tubuhku

Tak ingin kumenangis
Walau janji tak bisa kau genapi
bagimu tetap ada sepotong ruang di hatiku.
Karena putihmu masih putihku
(Kamis, 30 Nov 2006)

PENANTIAN

PENANTIAN
Icha Koraag

Perahu keting-ting perlahan laju
Membelah sungai
Tempat dulu kita bersenda gurau
Merajut kasih

Laju perahu keting-ting masih sama
Seperti sepuluh tahun lalu
Saat ku lepas kau mengejar takdir
Tinggalkan buih air di sungai

Sungai dalam jiwaku
senantiasa mengalirkan rasa rindu
Meluapkan dahaga emosiku
harapkan sentuhan kasihmu, yang kupelihara berbilang tahun.

Saat ku lihat seraut wajah di atas keting-ting
Aku tak sanggup bicara,
Itu sosokmu, walau ada keriput di kening
Suaramu tuntaskan penantianku
Aku pulang! Ucapmu.
(30 Nov 2006)

APAKAH TUHAN LAKI-LAKI?

Gemuruh ombak buyarkan lamunanku
Teriakan camar kembalikan alam sadarku
Di pantai pemikiran ini kembali kuberdiri
Dalam perenungan tiada akhir

Mengapa manusia masih menghinakan sesama manusia?
Mengapa perempuan masih di nomor duakan atas nama agama?
Apakah karena para nabi lelaki?

Lalu kemana aku harus mencari jawab
Mengapa tak ada nabi perempuan.
Haruskah ku maknai kalau Tuhan itu laki-laki?
Terkutuklah hambamu ini, ya Tuhan!

Masih belum berakhir kekerasan atas nama agama
Dan itu membuatku semakin merasa sakit.
Karena manusia sebagai mahluk paling mulia yang kau ciptakan
Tak lebih daripada sesama tiran yang selalu saling membinasakan.

Damai, kasih, sayang, penghormatan
hanyalah deretan huruf yang membentuk kata tanpa makna
Inikah mahluk yang kau cintai ya Tuhan?
Atau salah aku memahami pendengaran dan penglihatanku?

Apakah anak-anak yang dilahirkan para perempuan
Hasil perbuatan para perempuan itu sendiri ?
Apakah masa depan, pendidikan dan pertumbuhan mereka
Hanya tanggung jawab para perempuan itu juga?

Apakah para lelaki, setelah membuang sperma dalam rahim perempuan
Punya kewajiban sebatas pencari nafkah lahir?
Apakah keberhasilan anak-anak yang di tetaskan atas nama cinta
Hanya ditentukan oleh para perempuan?

Tapak kakiku di pasir, terhapus sapuan ombak
Sama seperti buah pikirku yang tak berbekas
Pada hati manusia yang membantu
Padahal aku hanya mengingatkan
Laki-laki dan perempuan punya peran yang sama besar dalam mengasuh anak-anak.
Apalagi atas nama agama.

Icha yang terpekur dalam pemikiran
Dan perenungan sendiri.
29 Nov 2006

Wednesday, November 22, 2006

ANAK-ANAK BUAH PIKIRANKU

Anak-anak buah pikiranku melonjak-lonjak dalam benak
Menari-nari bahkan cenderung meronta-ronta
Karna tak tahan terkukung dalam sebuah konsep
Anak-anak buah pikiranku mencoba menggedor
Membunyikan peringatan akan keberadaan mereka padaku
Supaya aku ingat pada mereka

Ya...ya...aku tahu dan aku ingat, jawabku
Anak-anak buah pikiranku ada di sana
Belum waktunya kalian kulahirkan
Kalian masih prematur, mentah.
Kalau kulahirkan sekarang
Selain akan menuai cela, kalianpun akan mati.

Karena benakku pun masih lemah
Masih butuh vitamin pengetahuan
Dan obat kuat untuk tahan malu
Sabar-lah. Berdiamlah sejenak kalian di situ
Saat kebutuhan gizi kalian kupenuhi
Dari buku buku pengetahuan yang ku baca

Maka benakku akan kuat dan kalian pun matang,
pada saat-saat seperti itu
Kita sama-sama siap menerima apresiasi orang
Di cela dan di hina tidak akan kita rasakan
Kita justru menjadi kuat karna celaan
Dan itu berarti kita mencuri perhatian mereka.

Uh rasa mulas itu datang...
Aku akan masuk ruang komputer
Bersabarlah, jangan keluar dulu.
Jika kalian aku keluarkan di saat kerja,
Aku bisa dapat marah dari bos
Kata Bos, aku korupsi waktu

Percayalah kalian akan lahir malam ini
Pukul 9 kurang sedikit setelah Bas dan Van tertidur
Agar mereka tak melihat proses kelahiran kalian
Bila besok kukabarkan kelahiran kalian di milis
Bas dan Van tak akan cemburu
Karena kalian hanya anak-anak buah pikiranku.

(Icha 22 Nov 2006)

Friday, November 17, 2006

Harapan

Tuhan tidak buta
Tuhan tidak tuli
Tuhan juga tidak akan tinggal diam

Bila waktunya tiba

ketika terompet sangkakala terdengar
dan semua pintu-pintu kebohongan terbuka
semua fakta-fakta yang disembunyikan terungkap

Semua lidah kelu akan berbicara
Semua tinta yang ada akan menyatu dengan pena
di mayapada kebenaran akan ditulis

setiap telinga mendengar
setiap mata melihat
setiap mulut mengucap

Harta tak lagi bermakna
pangkat tak lagi berarti
individu akan berhadapan
dalam pengadilan milik Tuhan

Nurani dan kejujuran
menjadi ukuran mutlak
atas setiap perbuatan

Damaimu
Damaiku
Damai kita!

Icha 17 Nov 2006