Wednesday, September 13, 2006

PEREMPUAN BERTANYA


Lagi-lagi aku merasa bingung.
Baru saja aku mendapat berita.
Seorang kawanku dihianati suaminya.

Aku berusaha untuk tidak menyertakan perasaan.
Aku coba menganalisa.
Kira-kira apa yang menyebabkan suaminya berselingkuh?

Lima tahun lalu ketika memproklamirkan rencana pernikahan,
Sempat membuatku iri.
Bagaimana tidak iri,
Baru pacaran enam bulan
Dan berani menikah.

Sementara aku….
Ach…ini bukan topik diriku.

Lagi-lagi aku termangu, kok tega betul.
Masih terdengar tangisnya diujung telfon.
“Bayangkan mba….aku melahirkan…
suamiku menunggu sambil bertelfonan
dengan wil nya….sakit gak sih…?”
Dan setelah menjemputku dan bayinya
Lalu mengantarkan kami pulang, ia pergi lagi ke wilnya.

Pertanyaanku….
Kok kamu mau…?
Yach aku tidak mau…! Jawabnya dengan emosi.
Kapan kamu tahu ia mulai selingkuh…?
Saat si sulung enam bulan…! Jawabnya pelan.
Lah sekarang anakmu tiga….? Tanyaku dengan terkejut.
Kamu cinta…? Cecarku tak sabar.

Bukan cinta, mbak!
Berharap ada perubahan dong…! Jawabnya lesu.

Dengan terus menerus bersedia ditiduri,
Hamil lalu melahirkan dan mengurus bayi? Cecarku lagi!
Apa kamu tidak berpikir untuk meningkatkan dirimu sendiri?
Atau kamu merasa secara ekonomi sudah tercukupi sehingga
Merasa aman di rumahmu…?

Sadarkah kamu,
kalau suamimu mengkondisikan mu terus menerus hamil
supaya dia bisa berjalan terus dengan wilnya…? Tanyaku emosi.

Lalu apa recanamu…?

Yah bertahan mbak…!
Barangkali ini memang nasibku…..

Apa tidak niat berusaha keluar dari masalah ini…?

Cerai…? Maksud mbak?
Bagaimana nasib anak-anak, mba?
Siapa yang akan kasih makan mereka?
Terus saya akan tinggal dimana?

Yah…ampun..!
Suamimu lupa, atau kamu yang lupa
Kalau dulu dia mengenalmu sebagai penyiar radio?
Kamu wanita bekerja.
Kamu punya kemampuan dan kamu memang mampu…?

Tapi di keyakinan kami, mbak
Perempuan tidak baik menggugat cerai.
Dan perempuan tidak boleh menolak jika diajak berhubungan intim dengan suami.
Kalau kami bisa memaafkan, sorga upahnya…! Katanya lirih.

Aku tidak mempersoalkan keyakinanmu.
Biar keyakinanmu berbeda denganku
Tapi tidak ada atas nama apapun di muka bumi
Yang mengizinkan perempuan disia-siakan..
Upah Sorga diinginkan semua umat manusia.
Tapi kamu masih dibumi.
Mengapa mau mencapai sorga lewat neraka bumi,
Padahal ada jalan lain…?

Tapi mungkin ini takdir, jalan hidup saya mbak…!

Kamu tidak bisa bicara takdir kalau
kamu tidak mau menciptkan takdirmu sendiri.!!! Seruku setengah berteriak.
Rasanya suaraku nyaris hilang ditenggorokan
Karena airmata sudah mengembang dikelopak mataku.

Aku marah….
Aku merasa sakit..
Aku kecewa…. pada diriku sendiri
Karena aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Jadi apa yang melegalkan selingkuh …?

Suami yang tidak setia lantaran istri punya kekurangan?
Atau superpower laki-laki…?

Mengapa tidak ada aturan hukumnya..?
Apa perempuan memang warga kelas dua?
Bukankah laki-perempuan punya kedudukan sama dimata hukum…?
Atau hukum punya mata yang lain untuk melihat laki dan perempuan?

Lalu bagaimana dengan perempuannya sendiri?
Sadarkah perempuan
Kalau juga punya hak yang sama?
Bukan hak untuk berselingkuh tapi hak untuk tidak diperlakukan seperti itu.
Biar jelek, biar gendut atau kurus atau tak terurus.
Menikah bukan untuk sehari dua hari atau setahun dua tahun.

Kalau mau romantis katanya,
Sampai kakek-nenek…atau
Sampai ajal memisahkan…!

Konflik pasti ada,
Namanya hidup dari dua latar belakang yang berbeda.
Persoalannya dalam sebuah rumah tangga
Adakah kesadaran suami dan istri setara…?
Apakah pernikahan hanya untuk menyalurkan nafsu hewani…?

Sebetulnya apa sih tujuan pernikahan?
Apa benar untuk berkembang biak…?

Lalu apa artinya kasih sayang,
Perhatian,
Kepercayaan,
Komunikasi….dan
Cinta….?

Haruskah menikah lagi karena salah satu mandul…?
Atau bolehkan menikah lagi karena sekarang aku mencintai orang lain?
Mengapa cinta bisa berubah…?

Mengapa poligami atau poliandri selalu menjadi berita?
Perempuan….siapakah engkau….?
Berbentuk apakah engkau…?
Terlahir untuk siapa engkau….?
Ketika kau terluka..apa yang kau lakukan?
Adakah airmatamu berarti…?
Atau adakah jeritanmu di dengar…?

Atau semua itu hilang dibawah lobi-lobi politik
Yang tidak menginginkan perempuan bermain diwilayah laki-laki…?

Jakarta, Agustus 2004

No comments: